Dulunya para Aurel merupakan remaja tongkrongan yang kerap mengendarai motornya untuk bercengkrama. Jumlah mereka tidak begitu banyak, tak seugal desas-desusnya. Hanya balapan liar dan sesekali melakukan freestyle untuk menunjukkan aksi-aksinya.
Namun hal itu, mereka lakukan hanya ditempat tertentu, seperti di sepanjang jalan Soekarno Hatta.Tempat tersebut dianggapnya pas untuk merealisasikan atraksinya.Berbeda seperti saat sekarang ini,para aurel sudah tak ada lagi. Melainkan berubah! Mendominasi keganasannya pada lintasan bebas.
Tak perlu dipungkiri, bahwa kita sudah sering melihat dan mendengar aksi-aksi mereka dijalan. Mengendarai kudabesi secara bergerombolan bagai pasukan berkuda yang ingin menyerang sebuah kerajaan. Akan tetapi, hal itu hanya membuat pengguna jalan yang lain merasa terganggu dengan kehadiran mereka yang begitu seraka dan liar.
Ada yang canggung, banyak diantara mereka merupakan remaja yang duduk di bangku SMP dan SMA. Lebih parah lagi! Ada yang telah menyandang gelar Mahasiswa. Dan sebagian daripada mahasiswa tersebut adalah mantan Aurelis yang belum bisa lepas dari kecintaannya terhadap dunianya yang kelam tersebut.
Ugal-ugalan sudah jelas merupakan bagian daripada pergaulan yang fatal.Akibat tidak adanya kesadaran akan sebuah tindakan yang tak ingin dimengerti. Padahal ada banyak pilihan yang bisa dilakukan untuk memperlihatkan sebuah pertunjukan atraksi.
Mungkin, kurangnya perhatian dari orang tua mereka, atau ingin mencari perhatian yang lebih daripada membahayakan diri mereka sendiri.Pergaulan yang melenceng itu pun membuat mereka terjerumus dan terjebakdalam suatu keadaan yang membelenggu. Hal itu bahkan dapat menular ke beberapa pengendara lainnya yang juga ingin mencoba untuk mengikuti kenikmatan ugal-ugalan. Apa jadinya?! Yah, semoga mereka yang sudah kecanduan bisa menyadari akan kenikmatan mengendara dengan baik. Dan semoga tidak ada lagi yang ikut terpancing dalam keadaan yang fatal itu.
***